Kelas Lingkar Pelajar: Waktunya Pelajar Bersuara, Bergerak Melawan Korupsi

Pada 5 Juli 2025, Indonesia Corruption Watch (ICW) berkolaborasi dengan Bareng Warga mengadakan Kelas Lingkar Pelajar, ruang pelatihan untuk memperkuat suara dan aksi pelajar dalam melawan korupsi. Di tengah meningkatnya ketidakpercayaan terhadap lembaga publik dan maraknya praktik korupsi di berbagai sektor, keterlibatan orang muda menjadi semakin penting. Kelas ini dirancang dan berfokus pada tiga topik utama, yaitu; pengantar antikorupsi, kampanye media sosial yang menarik, dan penulisan yang berdampak. Kegiatan ini dilaksanakan di Ruang Resonansi ICW dan diikuti oleh 15 pelajar dari berbagai wilayah di sekitar Jakarta.
Materi pengantar antikorupsi disampaikan oleh Nisa Rizkiah dari Divisi Edukasi ICW dan Ibit dari Bareng Warga. Dalam sesi tersebut, peserta diajak untuk memahami konsep korupsi secara menyeluruh—mulai dari sudut pandang umum hingga definisi spesifik yang tercantum dalam Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi (Tipikor). Nisa dan Ibit juga memfasilitasi diskusi interaktif agar peserta dapat melihat praktik antikorupsi sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.
Pelatihan berlangsung selama satu hari penuh, dimulai pukul 09.00 hingga 17.00 WIB. Selain sesi pengantar antikorupsi, Maulana dari tim komunikasi ICW membawakan materi strategi kampanye media sosialIa membagikan berbagai teknik dan pendekatan kreatif agar pesan antikorupsi dapat disampaikan dengan cara yang menarik dan mudah diterima oleh orang muda. Sesi selanjutnya diisi oleh Zen RS, Pemimpin Redaksi Narasi, yang mengajak peserta untuk menulis secara kritis namun tetap aman di media sosial. Ia menekankan pentingnya keberanian dan kepekaan dalam menulis, sekaligus memperhatikan etika dan keamanan digital.
Agar pelatihan tidak terasa kaku, peserta diajak mengikuti sesi ice breaking yang diisi dengan berbagai permainan seru dan interaktif. Suasana menjadi hangat dan akrab, memungkinkan peserta lebih nyaman untuk belajar dan berdiskusi. Setiap sesi disampaikan dengan metode yang partisipatif dan menyenangkan, membuat peserta aktif bertanya, merespons, dan berdialog secara kritis. Kelas ini dirancang agar pelajar tak hanya memahami teori, tetapi juga terlibat langsung dalam proses berpikir dan merancang solusi.
Sebagai bentuk praktik, para peserta diminta membuat tulisan reflektif atau kampanye singkat berdasarkan materi yang telah dipelajari. Karya tersebut menjadi bagian dari tugas akhir mereka selama pelatihan. Di penghujung acara, peserta juga berdiskusi dalam kelompok untuk menyusun rencana tindak lanjut, membahas bagaimana mereka bisa meneruskan semangat antikorupsi di lingkungan masing-masing. Pelatihan ini bukan hanya ruang belajar, tetapi juga pijakan awal bagi pelajar untuk membangun solidaritas, keberanian bersuara, dan semangat kolektif melawan korupsisejak usia muda.
(Aul/Eva)