ICW dan Dua Fotografer Angkat Isu “Korupsi Iklim” di Jakarta International Photography Festival (JIPFest) 2025

Diskusi JIPFest 14 September 2025

Indonesia Corruption Watch (ICW) berkolaborasi dengan dua fotografer dalam Jakarta International Photography Festival (JIPFest) yang berlangsung pada 12–21 September 2025 di Galeri S. Sudjojono, Taman Ismail Marzuki. Festival fotografi berskala internasional ini diikuti oleh 21 seniman dan 30 negara, menampilkan lebih dari 300 karya visual, 12 program, 62 bintang tamu, dan dihadiri lebih dari lima ribu pengunjung dari berbagai negara, termasuk Indonesia, Jerman, Korea Selatan, Inggris, dan Amerika Serikat.

Dalam beberapa tahun terakhir, isu korupsi dalam kebijakan iklim semakin mendapat perhatian. Di balik narasi besar tentang transisi energi dan pembangunan berkelanjutan, tersimpan praktik-praktik eksploitasi dan korupsi yang sering kali merugikan lingkungan serta masyarakat lokal. Salah satu contoh paling mencolok adalah industri mineral kritis, terutama nikel, yang kini menjadi komponen utama baterai kendaraan listrik. Meski sering disebut sebagai bagian dari solusi terhadap perubahan iklim, proses eksploitasi mineral kritis ini justru banyak diwarnai dengan perusakan alam, pelanggaran hak masyarakat adat, dan praktik koruptif.

Catatan ICW menunjukkan bahwa sektor sumber daya alam merupakan salah satu sektor paling korup di Indonesia. Dalam laporan tahun 2022–2023, nilai kerugian negara akibat korupsi di sektor ini mencapai Rp13 triliun. Di sisi lain, proyek-proyek transisi energi global yang dijalankan tanpa transparansi justru berpotensi memperparah krisis iklim. Banyak wilayah yang dulunya kaya akan sumber daya kini mengalami kerusakan lingkungan dan hilangnya mata pencaharian akibat ekspansi tambang mineral kritis atas nama “energi bersih”.

Dalam konteks tersebut, fotografi hadir sebagai medium kritis untuk mengungkap realitas di balik narasi besar tersebut. Foto dapat menjadi medium yang membawa publik untuk melihat lebih dekat dampak dari kebijakan transisi energi yang koruptif. Melalui kolaborasi ini, ICW ingin memperluas cara publik memahami isu korupsi tidak semata sebagai pelanggaran hukum, tetapi juga sebagai peristiwa ekologis dan kemanusiaan.

Dalam JIPFest 2025, ICW menampilkan karya dua fotografer yaitu Muhammad Fadli dan Adlun Fiqri. Muhammad Fadli, fotografer dokumenter asal Sumatra yang berbasis di Jakarta, membawakan karya berjudul Nikel dan Sulawesi: Bencana Hilirisasi yang menelusuri perubahan drastis lanskap dan kehidupan masyarakat di Morowali, Sulawesi Tengah. Karya ini menggambarkan bagaimana kawasan industri nikel tumbuh di atas sawah dan hutan, meninggalkan sungai yang tercemar, dan warga yang kehilangan tanah. Melalui potret kehidupan di sekitar industri nikel, Fadli mempertanyakan ketika masa depan dibangun di atas ekstraksi, dunia siapa yang sedang diselamatkan, dan dunia siapa yang hilang?

Sementara itu, Adlun Fiqri, fotografer muda asal Halmahera Tengah, menampilkan karya berjudul Nikel yang Menyayat. Seri foto ini menelusuri luka ekologis dan sosial di Maluku Utara, wilayah yang kini dikepung lebih dari seratus izin tambang nikel. Melalui karyanya, Adlun mengangkat suara-suara yang sering diabaikan dari wacana besar lingkungan seperti petani yang kehilangan lahan, masyarakat adat yang tergusur, dan anak muda yang tumbuh di tanah yang tak lagi mereka kenali.

Selain pameran fotografi, ICW juga menggelar diskusi publik di JIPFest yang menghadirkan fotografer, peneliti, dan perwakilan komunitas lokal. Diskusi ini membahas keterkaitan antara korupsi, kebijakan energi, dan krisis lingkungan, serta menelusuri bagaimana seni visual dapat menjadi ruang refleksi dan advokasi.

Melalui kolaborasi ini, ICW berupaya memperluas jangkauan isu korupsi dan mengaitkannya dengan dimensi kehidupan yang lebih luas. Isu korupsi dalam kebijakan iklim tidak hanya tentang penyalahgunaan kekuasaan, tetapi juga tentang bagaimana keputusan-keputusan ekonomi dan politik berdampak langsung pada tanah, air, dan kehidupan masyarakat di wilayah-wilayah yang dieksploitasi. Lewat karya-karya Fadli dan Adlun, publik diajak untuk melihat wajah lain dari “transisi energi” yang justru mengorbankan kehidupan masyarakat adat dan lingkungan yang dirusak.

ICW percaya bahwa fotografi mampu menjadi medium untuk menghadirkan fakta-fakta yang ada dilapangan. Dari ruang-ruang seni seperti JIPFest, kesadaran publik bisa tumbuh dan komitmen terhadap keadilan lingkungan dapat diperkuat. Sebab pada akhirnya, melawan korupsi juga berarti memperjuangkan masa depan bumi yang adil bagi semua.

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan