Dulu Membela, Kini Menghujat

Muhammad Nazaruddin tampaknya terkena tuah kata-kata bijak "tak ada kawan dan lawan abadi, yang ada hanya kepentingan abadi". Di awal merebaknya kasus dugaan suap pembangunan wisma atlet SEA Games 2011 di Palembang, Nazaruddin dibela habis-habisan oleh kawan-kawan separtainya di Demokrat.

Namun kini bekas bendahara umum partai itu harus berjuang sendiri dalam pelariannya. Sejumlah koleganya, yang dulu berjibaku menyokong, berbalik 180 derajat menjadi penganjur utama agar ia dipecat dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat Fraksi Partai Demokrat.

Ruhut Sitompul salah satunya. Ketua Departemen Komunikasi dan Informatika Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat ini tadinya ikut menemani Nazaruddin menggelar jumpa pers di gedung DPR pada 10 Mei 2011 yang menyangkal terlibat dalam kasus suap tersebut. Kini Ruhut mengaku capek melihat kelakuan Nazaruddin.

"Gue dulu paling ngotot bela dia, sekarang gue yang paling ngotot dia (pulang) hadapi KPK. Karena dia sudah jadi tersangka," katanya di gedung DPR, Jakarta, kemarin.

Selain itu, kata Ruhut, pemecatan Nazaruddin sebagai anggota DPR sudah saatnya dilakukan. Alasannya, selain tidak memenuhi panggilan KPK, Nazaruddin tidak lagi pernah hadir dalam sidang-sidang di DPR.

Setali tiga uang, Sutan Bhatoegana pun ikut mendukung pemecatan Nazaruddin dari DPR. Sutan adalah anggota tim khusus yang diutus partai ke Singapura pada 3 Juni lalu untuk bertemu dan mengajak Nazaruddin kembali ke Tanah Air.

Sutan ketika itu mengaku melihat sendiri kondisi Nazaruddin yang sedang sakit. Namun kini, soal pemecatan Nazaruddin,"Saya kira itu wajar, karena di DPR dia tidak pernah masuk lagi,"ujar dia. MUNAWWAROH | FEBRIYAN
Sumber: Koran Tempo, 8 Juli 2011

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan