Tama satryan Langkun, Aktivis ICW PEmbongkar Rekening Jendral

Jago Bela Diri yang Hobi Menggerakkan Massa

Peristiwa kekerasan yang dialami aktivis ICW Tama Satrya Langkun menuai simpati dari berbagai kalangan, termasuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Siapa sosok Tama?

SEKARING R.A., Jakarta

TAMA Satrya Langkun baru setahun bergabung dengan LSM antikorupsi Indonesia Corruption Watch (ICW). Meski terbilang junior, Tama tidak gentar menghadapi ancaman dan risiko yang biasanya menyertai tugas membongkar penyalahgunaan wewenang yang merugikan keuangan negara. Setidaknya, itu terungkap dari inisiatifnya yang pertama melaporkan rekening mencurigakan milik sejumlah perwira tinggi Polri kepada KPK dan Satgas Pemberantasan Mafia Hukum.

Namun, kabar penganiayaan Tama sempat membuat shock keluarganya. Beruntung, sejak awal keluarganya selalu mendukung segala aktivitasnya di ICW. Ayahnya, Budi Langkun, menuturkan bahwa dirinya sempat kaget ketika diberi tahu putra pertamanya mengalami kecelakaan. ''Awalnya cuma dikasih tau, Tama mengalami kecelakaan,'' ujar Budi ketika ditemui di RS Asri, Duren Tiga, Senin (12/7).

Ketika dikonfirmasi lebih lanjut, Budi baru menerima informasi yang sebenarnya bahwa Tama dianiaya orang tak dikenal hingga mengalami luka memar dan bacokan. ''Mendengar itu, saya minta istri dan anak-anak saya tetap tenang dan tidak emosi,'' katanya.

Istri dan putri perempuannya berhasil meredam emosi. Tidak demikian halnya dengan putra keduanya. Dia sempat memukul tembok rumah sakit ketika menyaksikan kakaknya terbaring di rumah sakit.

Budi menyatakan sudah paham dengan risiko dari profesi putranya. Dia juga sadar tidak pernah melarang putranya aktif di berbagai kegiatan kampus. Sejak duduk di bangku kuliah, Tama yang menempuh studi di Fakultas Hukum Universitas Jayabaya, Jakarta, sudah gemar berorganisasi.

Pemuda kelahiran 29 Oktober 1984 itu memiliki kemampuan menggerakkan massa. ''Dia sering terlibat dalam demo-demo. Dia juga aktif di kegiatan kampus. Bahkan, dia pernah menjadi ketua senat fakultas hukum,'' kenang pria berusia 47 tahun itu.

Selain aktif dalam organisasi kemahasiswaan, Tama menekuni seni bela diri. Sejak SMA, Tama menggeluti taekwondo. Begitu masuk bangku kuliah, dia kembali mengikuti taekwondo. Bahkan, dia pernah menjadi ketua UKM taekwondo di kampusnya. Namun, kegemaran berolahraga taekwondo mulai surut ketika lebih menggemari olahraga tinju. Dia lantas berpindah jalur, menekuni dunia boxing, masih di kampusnya. Sudah menjadi karakter Tama untuk tidak setengah-setengah dalam mendalami suatu ilmu, dia kembali terpilih sebagai ketua Boxer Jayabaya.

Berbekal dua ilmu bela diri, Tama memiliki fisik yang prima. Berkat fisik yang prima tersebut, ketika menjadi korban penganiayaan orang tak dikenal, dia masih mampu bertahan. Meski mengalami luka bacok yang menghasilkan 30 jahitan di kepala, anak pertama di antara tiga bersaudara itu tidak merasakan sakit yang berlebihan. Kondisinya juga cepat pulih. ''Kata dokter yang meriksa, saya tergolong orang yang fisiknya kuat. Jadi, luka bacokannya tidak sampai membahayakan kepala saya,'' kata Tama.

Meski demikian, Tama tetap kaget dengan limpahan simpati dan dukungan yang datang kepadanya. ''Saya senang sekali dengan perhatian yang diberikan semua pihak. Itu jadi suntikan semangat bagi saya,'' ujar dia.

Lewat dukungan tersebut, Tama pun siap kembali beraktivitas sebagai aktivis ICW begitu sembuh total. Dia menyatakan tidak kapok, apalagi trauma dengan penganiayaan tersebut.

Kedua orang tua Tama juga setali tiga uang. Budi tetap mendukung putranya meneruskan perjuangannya memberantas korupsi. Dia justru merasa bangga dengan apa yang dilakukan Tama, sekalipun nyawa hampir menjadi taruhannya. ''Lebih baik seperti ini. Saya lebih bangga daripada anak saya terlibat narkoba atau hal-hal buruk lainnya,'' ungkapnya.

Namun, Budi mengatakan masih memendam tiga keinginan. Yang pertama, melihat putranya sembuh total, berikutnya pelaku penganiayaan bisa segera ditangkap. ''Sebagai orang tua, saya geram juga ngelihat apa yang dialami anak saya. Yang terakhir, saya ingin melihat dia terus berjuang memberantas korupsi,'' imbuhnya. (*/c4/agm)
Sumber: Jawa Pos, 15 Juli 2010

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan